[BOOK REVIEW] - EGOSENTRIS



Segala sesuatu yang didesain dengan warna hitam memang selalu menarik perhatian saya.

Begitu juga dengan Novel Egosentris ini.

Begitu melihatnya di display buku salah satu toko buku ternama itu, saya langsung penasaran. 

Novel apa sih ini ?”

Eh kebetulan bukunya sudah ada yang terbuka plastiknya. Langsung lah saya buka dan baca.
Voilaaaa, saya langsung jatuh cinta begitu membaca lembar pertama prolog.
“Pada suatu pertemuan, kita seolah menemukan penjelasan,dari semua tunggu yang rela kita nantikan tanpa lelah.

Pada suatu kehilangan, kita sadar.
Bahwa penjelasan baru saja tiba,
sedang diawal, hanyalah pertanyaan yang menjelma jawaban”

Ok fix saya beli. Tanpa pikir panjang saya langsung bergerak membawa buku ini menuju kasir.

Egosentris adalah Novel ketiga dari Syahid Muhammad, setelah sebelumnya berkolaborasi dengan Stefani Bella menghasilkan Novel Kala dan Amorfati.

Novel yang baru diterbitkan bulan Maret 2018 ini menceritakan perjalanan hidup sekelompok mahasiswa jurusan Psikologi di Kota Bandung, dengan 3 tokoh sentris yaitu Fatih, Saka dan Fana.

Mereka adalah mahasiswa-mahasiswa “jaman now” yang saling bersahabat namun memiliki latar belakang sifat yang sangat berbeda. Masing-masing dari mereka memiliki masalalu yang mempunyai peranan kuat dalam membentuk karakter masing-masing di masa sekarang.

Konflik yang dihadirkan oleh Syahid Muhammad dalam novel ini benar-benar membuat saya semakin tertarik untuk terus membaca novel ini hingga selesai. 369 halaman bahkan tidak terasa banyak. Saya menyelesaikan novel ini hanya dalam 1 hari. Haha

Issue mengenai mental illness juga diangkat dalam novel ini. Bahkan melalui novel ini saya belajar banyak mengenai beberapa istilah dalam dunia psikologi dan belajar mengenai beragam emosi manusia yang sangat relevan dengan kehidupan jaman sekarang, bagaimana jaman sekarang manusia bersosialisasi, menggunakan media sosial, jatuh cinta dengan sahabat, hubungan dengan keluarga dan banyak lagi.

“Don’t judge book by its cover” sepertinya cocok untuk menggambarkan alur cerita novel ini dalam satu kalimat. Karena ada beberapa tokoh yang jika kita baca di awal novel rasanya bener-bener bikin kesel, tapi ternyata, jika kita mau melihat lebih dalam ada hal lain yang pasti melatar belakangi orang menjadi seperti itu. Dan terkadang, apa yang terlihat diluar belum tentu sesuai dengan sebenar-sebenarnya orang tersebut.

Selama membaca novel ini saya serasa masuk kedalam dunia Fatih, Saka dan Fana. Saya seperti ikut merasakan emosi yang hadir dari masing-masing karakter, bahkan dibagian-bagian akhir saat membaca surat yang ditinggalkan oleh Fatih untuk Saka dan Fana saya sempat meneteskan air mata (ups, yang ini rahasia ya, jangan sampai ketahuan orang kalo saya nangis 😝).

Aaaahhh. Salut buat Syahid Muhammad. Novel Egosentris sungguh membuat saya jatuh cinta, dan sukses mengaduk-aduk emosi saya.
Apalagi dengan sisipan-sisipan tulisan-tulisan puitis disetiap pembatas bab-nya. Ah ya Tuhan, berkali-kali saya meleleh dibuatnya.

Ini dia beberapa kalimat puitis yang terselip dalam novel Egosentris yang menjadi favorit saya.










-Riris Rizqy-



Komentar

  1. Apakah novel ini bergaya puitis dalam setiap tulisannya?..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak kok Kak. Hanya di part-part tertentu dan dipembatas bab-nya. Selebihnya gaya bahasanya natural bahasa sehari-hari. Perpaduannya mantab-lah.

      Hapus
  2. ketegangan narsistik ?

    BalasHapus
  3. Kalo kita baca orangtua tanpa baca kala sama amorfati masih tetep nyambung gak ya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya baca Egosentris ? Masih kok :) aku sendiri pertama baca Egosentris duluan, baru akhirnya baca Amorfati dan Kala. Soalnya Egosentris bukan cerita lanjutan dari Kala dan Amorfati, ya meski ada tokoh yang sama. Jadi nyambung-nyambung aja :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[TRAVEL] - Berkunjung ke NTU Singapore

LOVE AT FIRST TRY - SKIN AQUA UV MOISTURE MILK SPF 50+ PA+++